Rasulullah bersabda dalam hadith yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yang bermaksud: “Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah. jika segumpal darah tersebut baik maka akan baik pulalah seluruh tubuhnya, adapun jika segumpal darah tersebut rosak maka akan rosak pulalah seluruh tubuhnya, ketahuilah segumpal darah tersebut adalah hati.”
Maka hati umpama raja yang menggerakkan tubuh untuk melakukan perbuatan-perbuatannya, jika hati tersebut adalah hati yang baik maka seluruh tubuhnya akan tergerak untuk mengerjakan hal-hal yang baik, adapun jika hatinya adalah hati yang buruk maka tentunya juga akan membawa tubuh melakukan hal-hal yang buruk. Hati adalah perkara utama untuk memperbaiki manusia, Jika seseorang ingin memperbaiki dirinya maka hendaklah ia memperbaiki dahulu hatinya!
Ketahuilah, hati ini merupakan penggerak bagi seluruh tubuh, ia merupakan pusat untuk tercapainya segala sarana dalam terhasilnya perbuatan. Hati laksana panglima yang memimpin pasukannya untuk melawan musuh atau melemahkan mereka sehingga mundur dari medan peperangan. Kerana hati disifatkan dengan sifat kehidupan dan kematian, maka hati ini juga terbahagi kepada tiga yakni hati yang mati, hati yang sakit dan hati yang sihat.
1. Hati yang Sihat
iaitu hati yang selamat, hati yang bertauhid (mengesakan Allah dalam setiap ibadahnya) , di mana seseorang tidak akan selamat di hari akhirat nanti kecuali ia datang dengan membawa hati ini. Allah berfirman dalam surah as-Syu’ara ayat 88-89:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“(iaitu) hari di mana tidak berguna lagi harta dan anak-anak kecuali mereka yang datang menemui Allah dengan hati yang selamat (selamat dari kesyirikan dan kotoran-kotorannya) .” (QS. Asy Syu’ara: 88,89)
Hati yang sihat ini didefinisikan dengan hati yang terbebas dari setiap syahwat, selamat dari setiap keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah, selamat dari setiap syubhat (keraguan-keraguan dalam pemikiran), selamat dari menyimpang pada kebenaran. Hati ini selamat dari beribadah kepada selain Allah dan berhukum kepada hukum selain hukum Rasul-Nya. Hati ini mengikhlaskan peribadatannya hanya kepada Allah dalam keinginannya, dalam tawakalnya, dalam pengharapannya dalam kecintaannya Jika ia mencintai ia mencintai kerana Allah, jika ia membenci ia membenci kerana Allah, jika ia memberi ia memberi kerana Allah, jika ia menolak ia menolak kerana Allah. Hati ini terbebas dari berhukum kepada hukum selain ALLAH dan Rasul-Nya. Hati ini telah terikat kepada suatu ikatan yang kuat, yakni syariat agama yang Allah turunkan sehingga hati ini menjadikan syariat sebagai panutan dalam setiap perkataan dan perbuatannya.
ALLAH berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian bersikap mendahului Allah dan Rasul-Nya, bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Hujurat: 1)
Pemilik hati yang sihat ini akan sentiasa dekat dengan Al-Quran, ia sentiasa berinteraksi dengan kalam Allah, sentiasa tenang, setiap masalah yang dihadapinya akan dihadapi dengan sabar, dan sentiasa bertawakal kepada-Nya kerana dia mengetahui semua hal adalah dari Allah dan semuanya akan kembali kepada-Nya. Di manapun ia berada zikir kepada Allah sentiasa terucap dari lisannya, jika disebut nama Allah bergetarlah hatinya, jika dibacakan ayat-ayatNya maka bertambahlah imannya.
Pemilik hati inilah seorang mukmin sejati, orang yang dipuji Allah dalam firman-Nya:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman (sempurna imannya) ialah mereka yang bila disebut nama Allah gementarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karananya), dan hanya kepada Allahlah mereka bertawakkal (berserah diri).” (QS. Al-Anfaal: 2)
2. Hati yang Mati
Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Rabbnya, dia tidak menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya, dan tidak menghadirkan setiap perbuatannya berdasarkan sesuatu yang dicintai dan diredhai-Nya. Hati ini sentiasa berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan dunia walaupun di dalamnya ada murka Allah, akan tetapi hati ini tidak mempedulikan hal-hal tersebut, baginya yang terpenting adalah ia mengikut hawa nafsunya. Ia menghamba kepada selain Allah, jika ia mencintai maka mencintai kerana hawa nafsu, jika ia membenci maka ia membenci kerana hawa nafsu.
ALLAH berfirman:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al Jatsiyah: 23)
Pemilik hati ini jika dibacakan kepadanya ayat-ayat Al Quran maka dirinya tidak tergetar, dia sentiasa ingin menjauh dari mendengarinya, dia lebih senang mendengar suara yang melalaikannya, malah lebih senang mendengar nyanyian, mendengar muzik, mendengar suara-suara yang menggejolakkan hawa nafsunya. Pemilik hati ini sentiasa gelisah, ia tidak tahu harus kepada siapa dia menyandarkan dirinya, tidak tahu kepada siapa dia berharap, tidak tahu kepada siapa dia meminta, kehidupannya terumbang-ambing, ke mana saja angin bertiup ia akan mengikutinya, ke mana saja syahwat mengajaknya ia akan mengikutinya, sungguh!betapa menderitanya pemilik hati ini!
3. Hati yang Sakit
Hati ini adalah hati yang hidup namun mengandung banyak penyakit. Hati ini akan mengikuti unsur kuat yang mempengaruhinya, terkadang hati ini cenderung kepada “kehidupan” dan terkadang cenderung kepada “penyakit”. Pada hati ini ada kecintaan kepada Allah, keimanan, keikhlasan dan tawakal kepada-Nya. Akan tetapi pada hati ini juga terdapat kecintaan kepada syahwat, ketamakan, hawa nafsu, dengki, kesombongan dan sikap bangga diri.
Ia ada di antara dua penyeru, penyeru kepada Allah, Rasul dan hari akhir dan penyeru kepada kehidupan duniawi. Seruan yang akan disambutnya adalah seruan yang paling dekat dan paling akrab kepadanya.
Pemilik hati ini akan sentiasa berubah-ubah, terkadang ia berada dalam ketaatan dan kebaikan, terkadang ia berada dalam maksiat dan dosa. Amalannya sentiasa berubah sesuai dengan lingkungannya, jika lingkungannya baik maka ia berubah menjadi baik adapun jika lingkungannya buruk maka ia akan terseret pula kepada keburukan.
Demikianlah, hati yang pertama adalah hati yang hidup, khusyu’, tawadhu’, lembut dan selalu berjaga. Hati yang kedua adalah hati yang gersang dan mati. Hati yang ketiga adalah hati yang sakit, kadang-kadang dekat kepada keselamatan dan kadang-kadang dekat kepada kebinasaan.
Termasuk dalam golongan yang manakah hati kita? Apakah hati kita termasuk dalam hati yang sihat, hati yang sakit atau malah hati kita telah mati? Marilah kita bersama-sama merenungi firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 49:
وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِراً وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَداً
“Dan diletakkanlah kitab (kitab amalan perbuatan), lalu kamu akan melihat orang-orang berdosa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan hadir (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun.” (QS. Al Kahfi: 49)
Dan sebaliknya firman-Nya dalam Surat Al-Kahfi ayat 29-30:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلاً أُوْلَئِكَ لَهُمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِن ذَهَبٍ وَيَلْبَسُونَ ثِيَاباً خُضْراً مِّن سُندُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُّتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ نِعْمَ الثَّوَابُ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقاً
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh, tentulah Kami tidak akan mensia-siakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik. Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka syurga ‘Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya, dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirehat yang indah.” ( Al Kahfi: 29,30)
p/s: Wahai Zat yang membolak-bolakkan hati, teguhkanlah hati kami diatas agamaMU, wahai Zat yang membolak-balikkan hati tuntunlah hati kami teguh di atas ketaatan kepada-MU… Amin Ya Rabbal Alamin..
No comments:
Post a Comment